STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Oleh; M. R i s a l Guru Madrasah Pada Kementerian Agama Kab. Tana Toraja

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

OlehM. R i s a l

Guru Madrasah Pada Kementerian Agama Kab. Tana Toraja

Abstrak; Dalam pembelajaran bahasa Arab, dikenal empat keterampilan berbahasa yang harus dipenuhi dalam pembelajaran bahasa, yaitu keterampilan mendengar (al-istima’), berbicara (al-kalam), membaca (al-qira’ah), dan menulis (al-kitabah). Sesungguhnya Pembelajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional.” Penerapan metode Pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi Pembelajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode dan strategi dalam pembelajaran.

  1. Pendahuluan

 

Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif. Kemampuan  reseptif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan  memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa  sebagai alat komunikasi  baik secara lisan maupun secara tertulis. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting bagi peserta didik dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadits, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkitan dengan Islam.   Pembelajaran bahasa rab di Madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat ketrampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan dasar (elementary) dititikberatkan pada kecakapan menyimak (السمعية) dan berbicara (الشفوية) sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (intermediate), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara seimbang. Sedangkan pada tingkat pendidikan lanjut (advanced) dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis, sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai referensi berbahasa Arab.    Peserta didik yang telah lulus dari sekolah menengah diharapkan mampu membaca dan berbahasa Arab dengan baik.  Namun faktanya tidak seperti apa yang diharapkan.

Pembelajaran bahasa Arab di tingkat sekolah menengah/Madrasah Tsanawiyah kurang menarik peserta didik bahkan kurang diminati. Peserta didik banyak mengalami kesulitan dalam pembelajaran.  Hasil observasi menunjukkan kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran bahasa Arab terutama disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru menggunakan metode pengajaran tidak tepat, minimnya sarana   atau media pembelajaran, dan alat bantu lainnya. Pembelajaran guru masih banyak menggunakan metode tradisional dan monoton sehingga peserta didik kurang bisa memahami materi atau sub pokok bahasan tertentu yang di berikan oleh guru. Peserta didik sulit mencapai kecakapan dan kemampuan. Penggunaan sarana audio visual adalah upaya guru untuk memudahkan pembelajaran peserta didik dan untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar peserta didik dalam memahami bahasa Arab dengan memahami kosa kata, pola kalimat, dan struktur kalimat secara terurai melalui sarana audio visual tersebut. Upaya ini dilakukan agar peserta didik mampu memahami dan mengidentifikasi bahasa Arab dengan benar sehinnga peserta didik bisa mencapai dan memiliki kecakapan dan kemampuan. Upaya tersebut menjadi inspirasi dan motivasi bagi guru untuk melakukan penelitian (research). Dengan demikian research melalui penggunaan sarana audio visual ( يةلبصر السمعية المعنتا  ) ini untuk menampilkan materi bahasa Arab secara langsung dan sepintas. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mengatasi ketidakberhasilan dalam pembelajaran bahasa Arab.  Penggunaan media ini bertitik tolak dari teori yang mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang di miliki   seseorang terbanyak dan tertinggi  melalui  indra lihat ( يةلبصر ) dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui indra dengar (  السمعية  ) media pengajaran tersebut dapat membangkitkan rasa senang dan gembira, peserta didikpeserta didik dapat meperbaharui semangat mereka, rasa suka hati mereka untuk kesekolah akan timbul, dapat memantapkan pengetahuan pada benak para peserta didik, menghidupkan pelajaran karena pemakaian media pengajaran membutuhkan gerak dan karya.[1]

  1. Konsep Pembelajaran Bahasa Arab
  2. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran tidak dapat didefinisikan dengan tepat karena istilah tersebut dapat digunakan dalam banyak hal. Pembelajaran digunakan untuk menunjukkan : (1) perolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu, (2) penyuluhan dan penjelasan mengenai arti pengalaman seseorang, atau (3) suatu proses pengujian gagasan yang relevan dengan masalah.[2] Dengan kata lain pembelajaran digunakan untuk menjelaskan suatu hasil, proses dan fungsi. Menurut Suprijono, Pembelajaran adalah suatu perubahan yang dapat memberikan hasil jika (oran-orang) berinteraksi dengan informan (materi, kegiatan, pengalaman).[3] Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan peserta didik, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung , yaitu dengan menggunakan berbagi media pembelajaran.[4]

Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu system, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan gurudalam rangka membuat peserta didik belajar. Proses tersebut meliputi :

  • Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang akan disajikannya kepada para peserta didik dan mengecek jumlah dan keberfungsian alat peraga yang digunakan.
  • Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap peserta didik.
  • Menindak lanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi peserta didik yang berkesulitan belajar.[5]

Berdasarkan penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan peserta didik yang dimulai dari tahap persiapan yakni mendesain atau merencanakan, tahap pelaksanakan yakni melaksanakan kegiatan pembelajaran dan tahap evaluasi yakni memberikan feed back dari apa yang telah disampaikan guru kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang konvensional dan digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan”[6] Bahasa adalah realitas yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tumbuh kembangnya manusia pengguna bahasa itu. Menurut ’Abd al-Majid:

Bahasa adalah Kumpulan isyarat yang digunakan oleh orangorang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, emosi dan keinginan. Dengan definisi lain, bahasa adalah alat yang digunakan untuk mendeskripsikan ide, pikiran, atau tujuan melalui struktur kalimat yang dapat dipahami oleh orang lain.[7]

Nababah juga menjelaskan dari sudut pemerolehan, bahasa terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu bahasa Ibu atau bahasa kesatu, bahasa kedua, dan bahasa asing. Bahasa Ibu adalah bahasa yang diperoleh seseorang pertama kali dikeluarganya, disebut dengan istilah bahasa pertama. Sementara itu, bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh setelah bahasa Ibu dan biasanya digunakan oleh masyarakat, misalnya bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pergaulan oleh masyarakat umum di Indonesia. Dari kategori bahasa kesatu dan kedua, dapat dijelaskan bahwa bahasa asing adalah bahasa yang digunakan di luar keluarga dan masyarakat secara umum, misalnya Bahasa Inggris, Arab, Jerman, Jepang, Mandarin dan sebagainya bagi orang Indonesia. Bahasa Arab di Indonesia, dilihat dari gejala penggunaannya dimasyarakat, adalah sebagai bahasa asing juga sebagai bahasa kedua. Sedangkan lingkungan atau masyarakat umumnya Bahasa Arab adalah bahasa asing, karena bukan merupakan bahasa pergaulan sehari-hari.[8]

Mempelajari Bahasa Arab diperlukan pemahaman secara  teoritis hiarkis terhadap empat kemampuan berbahasa. Dalam Bahasa Arab empat kemampuan berbahasa adalah Istima` (mendengar), al-Kalam (mengucapkan), al-Kitabah (menulis), al-Qiroah (membaca), sangat terkait erat dengan penguasaan al-Mufrodat (kosakata) dan al-Qowa’id. Keempat pilar kemampuan berbahasa tersebut merupakan

dasar yang penting untuk dapat memahami dan mempraktikkan Bahasa Arab.[9] Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran bahasa asing yang diajarkan dalam proses pembelajaran. dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat empat kemampuan yang harus dikuasai peserta didik diantaranya kemampuan istima’ (menyimak), kalam mendengarkan, qira’ah (membaca), kitabah (menulis).

  1. Landasan Pembelajaran Bahasa Arab

1) Landasan filosofis

Pembelajaran Bahasa Arab berlandaskan pada filsafat pembelajaran kontruktifisme yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia didasari oleh pengalaman belajar yang diperoleh sebelumnya dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan atau media yang sengaja dibentuk untuk memperoleh tujuan pembelajaran.[10]

2) Landasan Religius. Landasan religius ini berazaskan pada Q.S Asy-Syu’ra ayat 7:

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآناً عَرَبِيّاً لِّتُنذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ

Artinya: “Demikianlah kami wahyukan kepadamu Al-Quran dalam bahasa arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul qura (penduduk Mekkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpulnya (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan lain akan masuk neraka”

3) Landasan Yuridis. Landasan yuridis ini berazaskan pada:

  1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
  2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi.
  3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI.
  4. Landasan Teoritis.
  5. Tujuan Mempelajari Bahasa Arab
  • Agar peserta didik dapat memahami al-Quran dan al-Hadits sebagai sumber hukum dan ajaran islam.
  • Peserta didik dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis oleh Bahasa Arab.
  • Peserta didik pandai berbicara dan mengarang dalam Bahasa Arab.
  • Agar peserta didik dapat digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (suplementary).
  • Untuk membina ahli Bahasa Arab yakni benar-benar profesional. [11]
  1. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab

Dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain tidak ada perbedaan. Cara penyampaiannya guru membaca dan mengalihbahasakan ke dalam bahasa daerah dari kalimat ke kalimat, dan  muridpun mencatat terjemahan ke dalam bahasa daerah pula.[12]  Sedangkan perkembangan pelajaran bahasa Arab sekitar 1970 masih dalam bentuk partial yaitu dalam pendidikan/ sekolah agama masih ada pelajaran Nahwu, Sharaf, Mutala’ah yang berdiri sendiri kemudian disatukan dengan nama pelajaran bahasa Arab semakin berkurang. Tidaklah mengherankan jika mutu yang diperoleh akan berbeda dengan murid- murid angkatan tahun- tahun sebelumnya.[13] Sedangkan kurikulum pengajaran bahasa Arab mempunyai keterkaitan erat dengan kebutuhan beribadat kepada Tuhan khususnya untuk menjalankan rukun islam yang kedua ialah salat dimana doa dan ucapannya adalah dengan bahasa Arab.[14] Dan Sistem Pengajarannya dalam  bahasa Arab pada bentuk pertama (pengajian di surau) hanya sampai penguasaan bacaan Al-Qur’an tanpa arti sekarang tampak dalam bentuk Taman pendidikan Al- Qur’an yang tersebar di seluruh tanah air.[15]

Tujuan yang pertama hanya agar anak bisa membaca Al-Qur’an sedangkan bentuk yang kedua bertujuan untuk memahami ajaran agama islam. Oleh karenanya pengetahuan bahasa murid mengenai bahasa arab sangat pasif. Di karenakan murid belajar bahasa Arab bukan bertujuan agar murid bisa berbicara dengan bahasa tersebut melainkan agar bisa memahaminya dengan baik yang berupa ilmu- ilmu yang menyangkut masalah bahasa maupun pengetahuan keagamaan.[16] Fungsinya untuk mendidik peserta didik agar bisa beribadat yang dilihat dari aspek bentuk pengajaran bahasa Arab merupakan bentuk pertama yakni pengajian seperti yang tampak di surau-surau dan masjid yang ada sekarang ini yang diajarkan adalah bagian dari Al-Qur’an.[17] Secara garis besar pengajaran bahasa Arab mempunyai empat bentuk.

  • Pengajaran Bahasa Arab dalam bentuk mengaji baca Al- Qur’an dengan menggunakan metode  yaitu guru membaca, dan murid menirukannya.
  • Membaca kitab kuning untuk memahami syariat dan pelaksanaannya dengan metode menerjemah murid mencatat ngasahi (Jawa).
  • Bentuk mengaji dalam sistem pondok modern dengan metode mubasyarah (direct speech), bertujuan menguasai bahasa Arab dan tidak terbatas pada ilmu- ilmu agama. Bentuknya mirip dengan sistem sekolah tetapi tidak mutlak.
  • Bentuk pendidikan sekolah dengan tujuan berkomunikasi dengan dunia luar dalam era globalisasi (all function).[18]
  1. Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Dalam pengajaran bahasa, ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya secara tepat, yakni pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakekat bahasa dan belajar mengajar bahasa. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan di dalam kelas, selaras dengan metode yang telah dipilih. beberapa pendektan dalam pembelajaran bahasa arab diantaranya adalah :

  1. Pendekatan Humanistik (Al-Madkhal Al-Insani)

Pendekatan Humanistik (al-Madkhal al-insani) Pendekatan humanistik Sesuai dengan namanya, yaitu sebuah pendekatan yang memberikan perhatian kepada pembelajar manusia, tidak menganggapnya sebagai benda yang merekam seperangkat pengetahuan. Pembelajaran bahasa menurut pendekatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara manusia dengan berbagai ragam budaya dan pengalaman. Maka langkah pertama untuk merealisasikan tujuan itu adalah dengan memberi kesempatan kepada pembelajar yang berbeda budaya dan itu untuk berdialog mengenai diri mereka, mengungkapkan berbagai hal mengenai diri mereka. Proses ini bisa memenuhi kebutuhan pembelajar untuk aktualisasi diri. Pengikut pendekatan ini berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan ini merupakan hal penting terkait tuntutan pikir mereka. Sebagai langkah-langkah operasional pendekatan ini bisa dijelaskan sebagaimana berikut:

  1. Memberikan penjelasan serta drill kepada peserta didik untuk berlatih menggunakan bahasa dalam berbagai situasi.
  2. Bermain peran (role playing) dengan peserta didik untuk memberi respon dalam berbagai situasi, seperti bagaimana ketika senang, marah, berharap dan lain-lain.
  3. Guru memberi contoh kepada peserta didik yang memungkinkan untuk diikuti.

Pendekatan ini tidak lebih didalamnya berisi tentang seperangkat pesan-pesan yang mendorong agar proses pembelajaran lebih memberi perhatian pada peserta didik dan diberlakukan sebagai manusia (memanusiakan peserta didik).[19]

  1. Pendekatan Teknik (al-madkhal al-Taqanni)

Pendekatan teknik adalah pendekatan yang berdasar pada pemanfaatan media pembelajaran dan teknik-teknik pendidikan. Pendekatan ini berpendapat bahwa media dan teknik pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan pengalaman belajar serta bisa merubah pengalaman belajar menjadi pengalaman yang nyata (terindra). Kesuksesan media dan teknik serta proses pengajaran pada munculnya orientasi baru pada bidang pengajaran bahasa asing. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan cara untuk menjelaskan makna kata, tarkib-tarkib, dan konsep-konsep budaya baru dengan menggunakan gambar-gambar, peta, lukisan, menghadirkan contoh nyata, kartu dan lain sebagainya yang bisa membantu memahamkan peserta didik tentang pesan-pesan kata bahasa asing. Kemudian penggunaan media dalam pendekatan ini meluas serta meliputi media pembelajaran yang bermacam-macam seperti penggunaan kaset, video, radio, slides juga komputer serta berbagai multimedia pembelajaran yang lainnya.[20]

  1. Pendekatan Analisis Dan Non Analisis (Al-Madkhal Al-Tahlili Wa Ghairu Al-Tahlili)

Pendekatan Analisis atau Analytical Approach juga dikenal dengan sebutan Formal Approach. Pendekatan ini  didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi kebahasaan dan sosiolinguistics. Sedang pendekatan non Analisis atau Non Analitycal Approach didasarkan pada konsep psycholinguistics dan konsep pendidikan bukan pada konsep kebahasaan. Adapun perbedaan antara pendekatan analisis dan non analisis adalah sebagai berikut:

  1. Pendekatan analisis mempunyai ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:
  • Berdasar pada kebahasaan.
  • Didasarkan pada kajian-kajian ilmu sosial kebahasaan, semantik, proses bicara (speech act), discourse analysis, dan notions and funtions.
  • Menuntut adanya needs analysis kebahasaan, metodologi kebahasaan modern, notional syllabus begitu juga program bertujuan khusus
  1. Sedangkan pendekatan non analisis mempunyai ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:
  • Didasarkan pada konsep psycholinguistics dan pendekatan bukan pada konsep-konsep kebahasaan.
  • Pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan global dan integrated naturalistic.
  • Pengajaran bahasa berlangsung dalam situasi kehidupan alami. Dan difokuskan pada tema-tema yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik dan aspek-aspek kehidupan manusia umumnya.
  1. Pendekatan Komunikatif (almadkhal al-ittishali)

Pendekatan komunikatif atau sekelompok ahli lain menyebutnya dengan metode komunikatif yang pada dasarnya mempunyai pandangan tentang pengajaran bahasa secara komunikatif, artinya pengajaran dilandasi oleh teori komunikatif atau fungsi bahasa menurut pendekatan ini tujuan pengajaran bahasa pengajaran keempat keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca serta menulis) yang mengakui interdepensi atau saling ketergantungan antara bahasa dan komunikasi.[21]

  1. Berbagai Metode Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Setiap metode memiliki segi-segi kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Sebuah metode sering kali lahir karena ketidak puasannya terhadap metode sebelumnya, tetapi pada yang sama, metode yang baru secara bergiliran  juga terjebak dalam kelemahan yang dahulu menjadi penyebab lahirnya metode yang di kriktikkan itu. Metode datang silih berganti pula. Namun demikian, semua metode memiliki kontribusi yang berarti,tergatung pad kondisi yang di perlukan. Pengajaran bahasa asing pasti menghadapi kondisi objektif yang berbeda-beda antara satu negara dengan negara  yang lain, antara satu lembaga dengan lembaga yang lain , antara stu kurun waktu dengan kurun waktu yang lain, kondisi objektif ini meliputi tujuan pengajaran, keaadaan peserta didik, sarana dan perasaan, dan lain sebagainya, kondisi inilah yang mempengaruhi lahir dan terpilihnya sebuah metode pengajaran. Metode pengajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

  1. Metode yang berpusat pada bahasa,
  2. Metode yang berpusat pada pelajaran,
  3. Metode yang berpusat pada peserta didik.

Dibawah ini akan di jelaskan masing-masing metode tersebut di atas yaitu

  1. Metode yang berpusat pada bahasa ( language Centered Methods )

Metode ini melahirkan beberapa metode pengajran yang dikutip Fachrurazy antara lain, metode garamatika tarjamah, metode langsung, metode membaca, metode audiolingual, metode kognitif dan metode eklektik.

  1. Metode Gramatika Tarjamah (Thariqah al-Qawaid wat Tarjamah)

Cikal bakal metode ini dapat dirujuk ke abad kebangkitan eropa (abad 15) ketika banyak sekolah dan universitas di eropa yang mengharuskan pelajarnya belajar bahasa latin karena dianggap mempunyai “nilai pendidikan yang tinggi” guna mempelajari teks-teks klasik. Metode ini merupakan pencerminan yang tepat dari cara bahasa-bahasa yunani kuno dan latin diajarkan selama berabad-abad. Akan tetapi penamaan metode klasik ini dengan “Grammar Translation Method” baru dikenal pada abad 19, ketika metode ini digunakan secara luas di benua Eropa. Metode ini juga banyak digunakan untuk pengajaran bahasa Arab baik di negaranegara Arab maupun di negara-negara Islam lainnya termasuk Indonesia sampai abad ke-19.[22]

Metode ini berdasarkan asumsi bahwa asa satu “logika semesta” yang merupakan dasar dari semua bahasa di dunua ini, dan bahwa tata bahasa merupakan bagian dari filsafat dan logika. Belajar bahasa dangan demikian dapat memperkuat kemampuan berfikir logis, memcahkan masalah dan menghafal. Orang belajar bahasa dengan metode ini di dorong untuk menghafal teks-teks klasik berbahasa asing dan terjemahnya dalam bahas ibu. Adapun ciri-ciri khas metode ini adalah (1) Perhatian yang mendalam pada keterampilan membaca, menulis dan menterjemahkan, kurang memperhatikan aspek menyimak dan berbicara, (2) Menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar, (3) memperhatikan qaidah-qaidah nahwu, (4) basis pembelajarannya adalah menghafal kaidah tata bahasa dan kosa kata, kemudian menerjemahkan secara harfiah dari bahasa target kebahasa pelajar dan sebaliknya, (5) Peran pendidik dalam proses belajar mengajar lebih aktif dari pada peserta didik yang senantiasa menerima materi secara pasif.

  1. Metode Langsung (Al-Thariqah al-Mubasyirah)

Metode ini muncul akibat ketidakpuasan dengan hasil pengajaran bahasa dengan metode gramatika terjemah dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan nyata dimasyarakat. Menjelang pertengahan abad ke-19, hubungan antar negara di Eropa mulai terbuka sehingga menyebabkan adanya kebutuhan untuk bisa saling berkomunikasi aktif diantara mereka. Untuk itu mereka membutuhkan cara baru belajar bahasa kedua, karena metode yang ada dirasa tidak praktis dan tidak efektif.[23] Metode ini memperoleh popularitas pada awal abad ke 20 di eropa dan amerika. Metode ini di kembangkan atas dara asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua (asing) sama dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan penggunaan bahasa langsung dan intinsif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan berbicara, sedangkan membaca dan menulis dikembangkan kemudian. Pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa;

Karakteristik dari metode ini adalah (1) memberi prioritas yang tinggi pada keterampilan berbicara, (2) basis pembelajarannya terfokus pada teknik demonstratif, menirukan dan menghafal langsung, dimana muridmuridmengulang-ulang kata kalimat dan percakapan, berangkat dari contoh-contoh kemudian di ambil kesimpulan, (3)  menggelakkan jauh-jauh bahasa ibu pelajar, (4) kemampuan komunikasi lisan dilatih secara cepat melalui tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi yang bervariasi, (5) interaksi anatar guru dan murid terjalin secara aktif, dimana guru berperan memberikan stimulus berupa contoh-contoh, sedangkan murid hanya merespon dalam bentuk menirukan, menjawab pertanyaan dan memperagakkan.

  1. Metode Membaca (al Thariqah al Qiraah)

Ketidakpuasan terhadap metode langsung yang kurang memberikan perhatian kepada  membaca dan menulis, mendorong para guru dan ahli bahasa untuk mencari metode baru pada waktu itu berkembang opini dikalangan para guru bahwa mengajarkan bahasa asing dengan target penguasaan semua keterampilan berbahasa adalah sesuatu yang mustahil. Oleh karena itu profesor Coleman dan kawan-kawan dalam sebuah laporan yang ditulis pada tahun 1929. menyarankan penggunakan suatu metode dengan satu tujuan pengajaran yang lebih realitis, yang paling diperlukan oleh para pelajar, yakni keterampilan membaca. Metode yang dinamakan dengan “metode membaca”ini di gunakan di sekolah seluruh eropa dan amerika, meskipun di sebut metode membaca, tidak berarti kegiatan belajar mengajar hanya terbatas pada latihan membaca, latihan menulis dan berbicara juga di berikan meskipun dengan porsi yang terbatas. Karakteristik dari metode ini adalah (1) Kegiatan pembelajaran yang berbasis pada pemahaman isi bacaan dengan di dahului oleh pengenalan makna kosa kata, kemudian membahas isi secara bersamaan dengan bantuan guru, (2) Tata bahasa tidak di bahas dengan panjang lebar, namun di pilih dengan yang sesuai maknanya, (3) kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan hadirnya tugas-tugas yang di jawab oleh murid untuk mengokuhkan pemahaman akan bahan bacaaan di maksud, (4) membaca diam lebih di utamakan dari pada membaca keras.

  1. Metode Audiolingual (al Thariqah as Sam’iyah as Syafahiyah)

Metode audiolingual didasarkan atas beberapa asumsi, antara lain bahwa bahasa yang pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena itu harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata, kalimat kemudian mengucapkannya, sebelum pelajaran membaca dan menulis. Asumsi lain dari metode ini adalah bahwa bahasa merupakan kebiasaan. Suatu prilaku akan menjadi kebiasaan apabila diulang berkali-kali.[24] Di antara ciri khas yang menonjol dari metode ini adalah (1) memiliki rangkaian pembelajaran yang sistematis, dari menyimaka keberbicara baru kemudian membaca dan menulis. Dengan rangkaian ini  ada tujuan pengajaran bahasa yang ingin mengakomondasi keempat keterampialan bahasa secara seimbang. (2) keterampilan menulis di ajarkan  sebatas pada pola kalimat dan kosa katayang sudah dipelajari secara lisan, karena pelajaran menulis merupakan representasi dari pelajaran berbicara, (3) menghindari sebisa mungkin penerjemahan bahasa, (4) menekankan pada peniruan, penghafalan, asusiasi, dan analogi, (4) penguasaan polakalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola yang berurutan : stimulus ke response ke rienforcement. e. Metode Kognitif Metode kognitif didasarkan atas asumsi bahwa pembelajaran bermakna dan bahwa pengetahuan yang sadar tentang tata bahasa adalah penting.  Sebagian ciri dari metode kognitif ini antara lain : 1) menekankan pada komunikasi atau kemampuan komunikasi (bisa menggunakan bahasa). 2) kerja kelompok lebih di tekankan. 3) menekankan penambahan kosa kata baru walaupun dalam bentuk pasif untuk tujuan membaca. 4) guru lebih di pandang sebagai fasilator.

  1. Metode Eklektik (at Thariqah al Intiqaiyah)

Metode eklektik merupakan salah satu metode yang memanfaatkan bagian-bagian yang penting dari metodemetode yang sudah ada. Ciri khas dari metode ini antara lain : 1) pengajaran bahasa harus bermakna dan nyata. 2) penerjemahan adalah kemampuan bahasa khusus dan tidak tepat untuk pelajar muda. 3) Dalam metode ini tidak di tekankan  hafalan, mimik dan memperaktekkan struktur gramatika bahasa.

  1. Metode yang berpusat pada pembelajaran (learning centered Methods)

Metode-metode yang akan di jelaskan di bawah di simpulkan dalam buku yang di tulis oleh Brown yang dikutip Fachrurrozy (2001 : 18), antara lain Total Physical, Silent Way, metode belajar counseling, metode alamiah, dan sugestopedia. a. Metode Total Physical Response. Total Physical Response menggunakan teori bahasa aliran strukturalis yang memandang bahasa sebagai bagian dari grammar. Selain itu pembelajarn bahasa kedua sama dengan pembelajaran bahasa pertama, dalam pembelajarannya berbentuk perintah untuk  mengurangi setres. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode ini adalah untuk mengajarkan kemampuan berbicara agar peserta didik mampu berkomunikasi  dengan penutur asli dengan tidak ada rasa segan atau malu. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah hanya efektif pada pemula dan tidak cocok untuk materi pembaca qiraah dan menulis kitabah.

  1. Metode Silent Way. Metode diam di dasarkan atas asumsi bahwa setiap bekerja dengan sumber-sumber kecapan dirinya (emosi, pengetahuan dunia) dan tidak dari yang lain, sebagai mana mereka bertanggung jawab untuk apa mereka belajar, karakteristik utama dari metode diam adalah bahwa pengajaran menjadi bagian (subordinat) dari belajar dan bahwa belajar bukanlah imitasi atau drill melainkan bekerja sendiri, eksperimentasi, trial and error, perbaikan dan penyimpulan. Pencetus dari metode ini adalah Caleb Gategno (1972) seorang ahli pengajaran bahasa yang menerapkan prinsipprinsip kognitifisme dan ilmu filsafat dalam pengajarannya.
  2. Metode Belajar Konseling (at Thariqah al Ta’allum al Irsyady) Metode belajar konseling ini di perkenalkan oleh Carles A, Curran pada tahun 1975, seorang ahli psikologi yang mengambil sepelialisasi penyeluruhan atau counseling. Dari hasil pengalamannnya di bidang penyuluhan akhirnya Curran menciptakan sebuah metode yang di beri nama metode Counseling Learning, dalam isttilah Curran, pelajar disebut “client” dan guru disebut “coselor” atau knower (pemberi tahu).
  3. Metode Alamiah (The Natural Method) Metode Alamiah didasarkan atas asumsi bahwa suatu hal yang mungkin bagi peserta didik dalam suatu situasi kelas untuk belajar berkomunikasi dalam bahasa ke 2, topik-topik dalam pembelajarannya komunikasinya di dasarkan pada kebutuhan peserta didik, dan model aktifitasnnya berfokus pada makna bukan pada bentuk, misalnya ma ismuka ? Muhammad, tetapi jika berfokus pada bentuk maka jawabnnya adalah ismi Muhammad.
  4. Metode Sugestopedia Metode Sugestopedia atau di sebut juga dengan Akseleratif Sugestifdi dasarkan atas asumsi bahwa teknik relaksasi dan konsentrasi akan membangkitkan peserta didik membangkitkan sumber-sumber bawah sadar dan menyimpan sejumlah struktur dan kosakata yang lebih besar. Di antara karakteristik dalam metode ini adalah 1) tujuan pengajarannya adalah membimbing pelajar untuk mencapai kelancaran berbicara dalam tingkat lanjut secara cepat.metode ini dapat memupuk rasa percaya diri para pelajar.
  5. Metode yang Berpusat Pada Peserta didik ( Leaner Centered Methods )

Karakteristik pada metode ini adalah (1) tujuan pengajarannya ialah mengembangkan kompentnsi pelajar berkomunikasi dengan bahasa target  dalam konteks komunikatif  yang sesunguuhnya atau dalam situasi kehidupan yang nyata. (2) dalam proses belajar mengajar, peserta didik bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam aktivitas komunikasif yang sesungguhnya, sedangkan guru memprakarsai dengan merancang berbagai macam pola interaksi antar peserta didik dan berperan sebagai fasilator, (3) penggunaan bahasa ibu dalam kelas tidak dilarang tapi di miniminalkan, (4) materi yang di sajikan bervariasi, tidak hanya mengandalkan buku teks tetapi lebih di tekankan pada bahan-banahan otentik seperti berita koran, iklan, menu dsb.[25]

  1. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
  2. Prinsif –Prinsif Strategi Pembelajaran

Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 BAB IV Pasal 19. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.[26]Sesuai dengan isi peraturan pemerintah di atas, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

  1. Interaktif

Prinsip interaktif mengandung makna bahwa ”mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke peserta didik, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar”.[27] Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan peserta didik akan berkembang, baik mental maupun intelektual.

  1. Inspiratif

Proses pembelajaran adalah ”proses yang inspiratif yang memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu.”[28] Jadi, berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi hipotesis yang merangsang peserta didik untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan peserta didik. Biarkan peserta didik berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya sendiri.

  1. Menyenangkan

Dalam proses pembelajaran guru harus mengupayakan proses pembelajaran yang menyenangkan (enjoying learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan, dengan menata ruangan yang baik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur kesehatan, misalnya dengan pengaturan cahaya, ventilasi, dan sebagainya; serta memenuhi unsur keindahan, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang releven serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

  1. Menantang

Proses pembelajaran yang menantang peserta didik dapat untuk mengembangkan kemampuan berfikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik melalui kegiatan mencoba-coba. Apa pun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang peserta didik untuk berfikir (learning how to learn), dan melakukan (learning how to do)

  1. Motivasi

Motivasi adalah “aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik.” Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin peserta didik memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap pembelajaran.[29]

  1. Penutup

Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Metode bisa diberi pengertian sebagai sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, dan penyajian materi kebahasaan. Serta yang harus diperhatikan dalam menentukan metode, hendaknya tida terjadi benturan antara metode dengan pendekatan yang menjadi dasarnya. Strategi pembelajran merupakan rencana, aturan-aturan, langkah-langkah serta sarana yang prakteknya akan diperankan dan akan dilalui dari pembukaan sampai penutupan dalam proses pembelajaran didalam kelas guna merealisasikan tujuan.

  1. Daftar Pustaka

Azhar Arsyad. (1997). Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Pustaka Pelajar. Yogyakarta : 1997)

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)

Agus Suprijono, Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)

Abd. Wahab Rosyidi, dan Mamluatul Nimah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab,UIN-Malik Press , Malang:2012

Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Bania Publishing , Bandung: 2010

Bisri Mustofa & H.M. Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, UIN-MALIKI Press:2012

Rusman, Model-model Pembelajaran ; Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)

Mustofa Sa’daniyah. Filsafat Pembelajaran Kontruktifisme dan Filsafat, (Kairy: Darul Ma’arif 1999)

Fachrudin, Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Salatiga. Global Pustaka, 2005), cet. Ke- 1

Wajiz Anwar, Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia, Majalah Al- Jami’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, No. 2, Maret, 1971

 

[1] Azhar Arsyad. (1997). Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Pustaka Pelajar. Yogyakarta : 1997) h. 75 – 76

[2].Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal, 12.

[3].Agus Suprijono, Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 4.

[4] 3Rusman, Model-model Pembelajaran ; Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal, 134.

[5].Rusman, Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru, … hal, 3-4

[6].As’aril Muhajir. Psikologi Belajar Bahasa Arab, … hlm, 12.

[7]. Acep Hermawan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, … hlm, 9.

[8]. Acep Hermawan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,… hlm, 55-56.

[9] As’aril Muhajir. Psikologi Belajar Bahasa Arab, … hlm,15.

[10]. Mustofa Sa’daniyah. Filsafat Pembelajaran Kontruktifisme dan Filsafat, (Kairy: Darul Ma’arif 1999), h. 8

 

[11]. Ibid, h. 100

[12] .Fachrudin, Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Salatiga. Global Pustaka, 2005), cet. Ke- 1, jilid 1, h. 9

[13] 24 Ibid., Jilid 1, h. 11

[14]Wajiz Anwar, Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia, Majalah Al- Jami’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, No. 2, Maret, 1971, h. 48

[15] 26 Fachrudin, op. Cit., Jilid 1, h. 11

[16]  27 28 Ibid., h. 7

[17] Ibid., h. 11

 

[18] Ibid, h. 19

[19] H. Bisri Mustofa & H.M. Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, UIN-MALIKI Press:2012. h.11-12

[20] Ibid, h. 12

[21] Ibid. h.15

[22] Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Bania Publishing , Bandung: 2010.

[23] Abd. Wahab Rosyidi, dan Mamluatul Nimah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab,UIN-Malik Press , Malang:2012 h. 50

[24] Abd. Wahab Rosyidi, dan Mamluatul Nimah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab,UIN-Malik Press , Malang:2012 h. 51

[25] Lihat, Abdul Wahab Rosyidi h. 69

[26]. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran……., h. 133

[27]. Ibid., hal. 133

[28].Ibid., h. 134

[29].Ibid., h. 135

Tinggalkan komentar